Archive for September, 2022

Apakah Bus Sekolah itu Penting?

Untuk dapat menjawab pertanyaan pada judul tulisan ini tentu perlu beberapa pembahasan. Bisa kita mulai dari mana saja membahasnya. Sebut saja stake holdernya mulai siswa, orang tua, sekolah, kemudian terakhir pemerintah. Mari kita bahas dengan santai, anggap saja seperti obrolan di warung kopi. Bisa sangat logis tapi seringnya asal nyeplos berdasar logika sederhana yg menurut penuturnya benar 😄

Oke langsung saja, pertama, dari sisi pengguna, siswa, sudah jelas pasti penting. Terutama untuk anak usia SD dan SMP karena secara aturan belum boleh membawa kendaraan bermotor sendiri. Hanya sebagian kecil bersepeda ke sekolah. Asumsi saya karena lalu lintas dan infrastruktur yang tak bersahabat dengan pesepeda membuat siswa malas berjibaku dengan banyakya kendaraan bermotor yang sering kali ngawur.

Satu hal tersebut akhirnya membuat orang tua khawatir akan keselamatan anaknya dan tidak mengijinkan bersepeda ke sekolah. Tentu membawa konsekuensi yaitu harus mengantar dan menjemput. Bagi yang tidak punya waktu untuk dua hal itu akhirnya memakai jasa antar jemput. Ada yang pakai motor/ojek, becak, dan tak sedikit yang diikutkan mobil anjem (antar-jemput) atau yang biasa disebut abonnement (Belanda :berlangganan) di sini. Jadi kesimpulan dari sisi stake holer kedua bisa penting bisa tidak. Bergantung pada kesibukan masing-masing dan ketersediaan anggaran.

Lanjut ke stake holder ketiga yaitu sekolah. Kepentingan sekolah dengan adanya bus sekolah -menurut saya (tidak menurut juga gapapa sih)- adalah tentang anggaran. Pengadaan bus sekolah berarti harus beli unit. Tidak murah. Hampir pasti tak akan diambil opsi ini. Opsi kedua adalah sewa. Memungkinkan tapi bisa bekerjasama dengan pemerintah daerah untuk biaya sewa dan operasional hariannya. Atau ada juga opsi ketiga yaitu bekerja sama dengan operator. Mobil-mobil yang selama ini menjadi mobil anjem diajak bekerja sama untuk mengangkut siswa satu sekolah sesuai kapasitas angkut. Saat PPDB kan ada tuh data siswa sesuai domisili (semoga tidak diakalin ikut KK orang lain yg dekat sekolah). Dari data tersebut akhirnya tahu berapa siswa yang harus diangkut dari selatan, timur, dan barat. Mengapa harus kerjasama? Karena selama ini mobil anjem itu membawa penumpang dari beberapa sekolah. Tidak sangkil (efisien) dan membuat penjemputan siswa tidak tepat waktu. Pengalaman bersekolah menjadi tidak menyenangkan. Sepenting itu kah sampai membahas pengalaman? Iya, kita membahas tentang bersekolah, mesa depan bangsa ini terletak di pundak anak-anak sekolah itu. User experience, pengalaman pengguna sekolah harus menyenangkan. Bukankah sesuatu yg menyenangkan akan lebih mudah meresap ke dalam bawah sadar dan awet dalam memori?

Jika memang terlalu sulit bisa kembali lagi ke opsi kedua, bekerja sama dengan pemerintah daerah.

Baik, akhirnya nyambung ke stake holder keempat, yaitu pemerintah. Melihat banyaknya mobil anjem ini sebaiknya dipandang sebagai masalah. Mengapa masalah? Karena artinya banyak siswa yang tempat tinggalnya jauh dari sekolah. Mengapa bisa terjadi padahal sudah ada sistem zonasi?

Sayangnya sistem zonasi yang semangatnya adalah pemerataan kualitas pendidikan tidak berjalan sebagaimana mestinya. Banyak trik dilakukan agar diterima di sekolah favorit meski jauh dari rumah. Gayung bersambut, sekolah yang sudah berlabel favorit pun terlihat enggan menerima siswa dengan kemampuan di bawah rata-rata. Sehingga melakukan berbagai cara agar mendapat siswa berkemampuan (akademik) di atas rata-rata. Caranya dengan mengadakan lomba-lomba, olimpiade, atau mengubah nama sekolahnya dengan menambahkan kata TARUNA. Ya mungkin namanya proses. Harus melewati fase amburadul dan banyak diakali agar dapat disesuaikan dan menjadi sempurna sesuai karakter penggunanya (beta-trial-UX-update-UX-update-user friendly). Hingga akhirnya sekolah tak perlu jauh-jauh dan tetap berkualitas bagus. Sama bagusnnya dengan sekolah yang ada di kota atau pelosok desa.

Selain sistem zonasi yanng tidak berjalan, bersekolah jauh dari rumah menjadi masalah bagi pemerintah karena artinya lebih banyak kendaraan yang berlalu lalang mengantar dan mejemput siswa. Kemacetan, tingkat pelanggaran lalu lintas, angka kecelakaan pasti akan lebih tinggi jika dibanding dengan memakai bus sekolah. Lebih jauh lagi akan menambah konsumsi bahan bakar secara general dan polusi udara. Dua hal tersebut akan membuat sebuah daerah tidak menarik untuk investasi dan wisata. Jadi rentetan kerugian dari sisi pemerintah ini bisa sangat panjang. Belum ditambah jika bbm masih disubsidi seperti sekarang ini. Beban pemerintah semakin berat. Tuh kan, bahas bus sekolah bisa merembet ke porsi APBN untuk subsidi BBM. Jadi jelas, harusnya keberadaan bus sekolah adalah hal penting dari sisi pemerintah.

Nah, sudah kita bahas dari berbagai sudut pandang. Sekarang giliranmu berpendapat. Penting kah?


September 2022
M T W T F S S
 1234
567891011
12131415161718
19202122232425
2627282930